Oleh : Restu baskara
Kebuntuan
kapitalisme dan politik borjuasi yang kita saksikan hari ini membutuhkan sebuah
kepemimpinan yang sejati, dan kepemimpinan ini hanya bisa datang dari kelas
buruh. Kelas buruh, dengan memimpin dan merangkul semua lapisan tertindas,
adalah satu-satunya kelas revolusioner yang dapat membebaskan bangsa ini dari
rantai kapitalisme dan imperialisme yang tidak hanya mengikatnya tetapi juga
mencekiknya.
Bukannya
bersandar pada kelas borjuasi nasional dan para perwakilannya, bukannya
membonceng dan menitipkan suara pada partai-partai borjuasi, bukannya membatasi
diri pada pilihan terbaik dari yang buruk, tetapi menyerukan kemandirian
kelasnya dengan lantang dan tegas. Secara konkret ini berarti sudah saatnya
kelas buruh membangun partai politiknya sendiri, membangun sebuah partai buruh
massa. Bangsa ini membutuhkan kepemimpinan revolusioner dari kelas buruh, dan
adalah tanggung jawab – dan bahkan kehormatan – bagi kelas ini untuk mengemban
tugas ini.
Oleh
karenanya kaum buruh, lewat organisasi-organisasi perjuangan sehari-hari mereka
– yakni serikat-serikat buruh massa – harus memulai proses pembangunan partai
buruh ini. Tidak ada alasan logistik ataupun administrasi mengapa buruh tidak
bisa membangun partainya sendiri. Kalau buruh bisa mengorganisir mogok
senasional yang melibatkan jutaan buruh, kalau buruh bisa memaksa pemerintahan
ini mendeklarasikan 1 Mei sebagai hari libur nasional, maka buruh bisa – dan
harus – membangun partainya sendiri. Satu-satunya halangan hanyalah tembok yang
ada di dalam kepala kita masing-masing, yang harus kita runtuhkan.
PROGRAM
Lewat
partai buruh ini kelas buruh akan memberikan kepemimpinan kepada seluruh rakyat
pekerja yang tertindas. Maka dari itu, partai buruh ini juga harus mengusung
program yang merangkul rakyat pekerja tertindas lainnya – tani, nelayan, dan
kaum miskin kota. Program ini sekurang-kurangnya harus mengandung poin-poin
berikut, yang bisa dikembangkan lebih lanjut oleh buruh sendiri lewat proses
diskusi:
1)
Nasionalisasi cabang-cabang industri penting – seperti perbankan, pertambangan
migas dan non-migas, pertanian dan perkebunan besar atau agrobisnis, kehutanan,
transportasi, telekomunikasi – yang akan diletakkan di bawah sistem ekonomi
terencana yang demokratis.
2)
Reforma agraria dan kredit murah bagi kaum tani miskin dan nelayan miskin
3)
Kepastian kerja untuk semua rakyat, pemberlakuan upah layak untuk penghidupan,
penghapusan sistem outsourcing dan kerja kontrak, dan kebebasan berserikat
4)
Rumah untuk semua rakyat
5)
Pelayanan kesehatan gratis dan bermutu untuk semua rakyat
6)
Pendidikan gratis bermutu bagi semua rakyat sampai tingkat perguruan tinggi
7)
Program sosial dan perlindungan untuk kaum miskin kota dan anak jalanan
8)
Perlindungan lingkungan hidup, untuk menciptakan lingkungan yang sehat bagi
semua rakyat pekerja dan anak cucunya.
9)
Kesetaraan hak sosial, ekonomi, politik dan budaya untuk kaum perempuan. Lawan
semua bentuk diskriminasi terhadap perempuan di tempat kerja, lingkungan tempat
tinggal, sekolah, dan keluarga.
10)
Akhiri semua bentuk diskriminasi ras, agama, suku, gender, dan seks. Persatuan
rakyat pekerja adalah satu-satunya cara untuk melawan diskriminasi.
11)
Tangkap dan adili semua koruptor dan pelanggar HAM, serta sita semua harta
bendanya
12)
Bangun industrialisasi nasional yang kuat dan mandiri di bawah kontrol rakyat
Poin-poin
program di atas bukanlah akhir dalam dirinya sendiri, yang bersifat kaku dan
statis, tetapi adalah sebuah batu pijakan untuk perjuangan yang lebih besar
dalam mewujudkan peran historis kelas buruh. Ia hidup dan berkembang, yang
tugasnya adalah menjadi jembatan yang akan menghubungkan tuntutan sehari-hari
dengan tugas historis kaum buruh untuk menumbangkan kapitalisme dan membawa
sosialisme. Ia adalah program transisional.
Dalam
proses bergeraknya, partai buruh dan serikat-serikat buruh yang ada di dalamnya
dapat menggunakan dan mengembangkan program transisional. Pertimbangan apa yang
menjadi tuntutan transisional ini harus dilakukan dengan memperhatikan situasi
sosial dan politik yang konkret secara dialektis. Apa yang sebelumnya adalah
tuntutan transisional pada satu hari – ketika situasi sosial dan politik telah
berubah – dapat menjadi tuntutan yang justru ada di belakang kesadaran rakyat
dan menghalangi perkembangan kesadaran kelas. Di Indonesia, dimana hak-hak
dasar buruh saja masih belum terpenuhi, perjuangan untuk 8-jam kerja, upah
layak, pendidikan gratis, kesehatan gratis, dsbnya. dapat menjadi tuntutan revolusioner,
selama setiap usaha dilakukan untuk selalu menghubungkannya dengan tugas
historis kelas buruh. Tidak seperti kaum reformis yang kerap berhenti pada
tuntutan reforma saja dan tidak berani maju lebih lanjut ketika dihadapkan
dengan momen revolusi yang menentukan, kaum revolusioner justru menggunakan
tuntutan reforma sebagai batu pijakan menuju revolusi.
LANGKAH
KE DEPAN
Partai
buruh ini tidak bisa dibangun secara artifisial tanpa keterlibatan buruh luas
yang sadar kelas. Ia juga tidak bisa dibangun dalam waktu semalam oleh
segelintir orang ataupun segelintir serikat buruh. Ia adalah partai massa dan
oleh karenanya harus datang dari massa buruh lewat serikat-serikat buruhnya. Ia
harus dibangun dari bawah, dimulai dengan penyadaran politik di antara buruh.
Oleh karenanya, beberapa langkah awal yang dapat dilakukan untuk mencapai ke
sana adalah:
1)
Propagandakan seruan pembangunan partai buruh di antara kaum buruh, lewat
serikat-serikat buruh dan juga organ-organ perjuangan lainnya.
2)
Selenggarakan diskusi di antara buruh dari tingkat bawah sampai ke tingkat atas
mengenai wacana pembangunan partai buruh; bentuk lingkaran-lingkaran diskusi
dan kelas-kelas ekopol untuk mendiskusikan wacana partai buruh ini secara luas:
Apa itu partai buruh? Mengapa dibutuhkan partai buruh? Apa saja program yang
harus diusungnya? Bagaimana membangunnya?
3)
Di antara buruh yang masih berilusi terhadap Jokowi ataupun Prabowo, jelaskan
dengan sabar dan “mild in manner, bold in content” (lunak dalam pendekatan,
keras dalam prinsip), bahwa yang dibutuhkan adalah buruh yang berdikari dengan
partai buruhnya sendiri. Kaum buruh yang telah terpecah ke dalam dua kubu
borjuasi ini harus disatukan kembali, dan slogan persatuannya adalah “Bangun
Partai Buruh!”
Situasi
Sekarang dan Langkah Kita
menurut
saya, situasi sekarang adalah momentum bangkitnya kaum buruh dalam membuat
bangunan partai politik kelasnya. Dengan wacana dan rencana setelah Mayday 2015
konfederasi besar buruh mau membentuk partai buruh. Dan harus membaca segala
situasi dan konsekuensi logisnya. Bagaimana konfederasi buruh kuning ini adalah
barisan sakit hati paska pemilu dan belum menunjukkan kesadaran ideologisnya
secara benar. Dan masih banyaknya pimpinan organisasi ataupun organisasinya
yang elitis,pragmatis, dan oportunis. Ini mengingatkan saya dulu bagaimana
proses pembangunan PBSDR (Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia) yang bisa
menyatukan kaum buruh Rusia dalam kesadaran politiknya. Akan tetapi evaluasinya
adalah pada awal pembangunan partai itu belum ada partai revolusioner yang bisa
mempengaruhi secara ideologis soal praktek marxisme sejati. Sehingga Lenin
setelah itu terpaksa dengan kondisi yang ada membentuk faksi Bolshevik. Dan
membuktikan ketepatan dan kekonsistensinya sehingga bisa mewujudkan revolusi.
Targetan
selanjutnya adalah membangun kesadaran di massa buruh luasnya terutama seperti
di konfederasi kuning agar bisa sadar secara ideologis. Konsekuansi lainnya
adalah kita harus siap bertarung gagasan dengan konfederasi kuning itu,
termasuk pimpinan serikat buruhnya dan dengan massa yang belum tersadarkan
secara ideologis,perspektif,program,dan tradisi. Dengan tujuannya adalah
mengikis watak elitis,pragmtis, dan oportunis. Dan selanjutnya membangun
kesadaran kelasnya sehingga tertanam praktek perjuangan kelasnya. Bahwa
muaranya adalah membangun sosialisme. Mengantisipasi akan pengalaman2 yang
sudah2 sehingga kita sudah pada keadaan siap dalam menghadapi hal yang
terburuk. Moral dan kerja kita akan diuji disini. Dan ini bukan tugas yang
mudah !
Belum
ada partai kader yang bisa memajukan kesadaran kaum buruh sehingga menciptakan
buruh2 yang maju secara luas. Kesimpulan apa yang kita diskusikan di Bogor
kemaren mensyaratkan kita sebagai kader PPI harus menjadi pelopor dan pemimpin
guna mempengaruhi kesadaran massa buruh luas yang belum tersadarkan secara
politis dan ideologis, terutama massa buruh dari serikat kuning dan yang
lainnya. Sehingga fungsi partai kader didalam partai massa buruh yang akan
dibangun berjalan beriringan dan dinamis.
Pada
analisa terakhir, krisis kemanusiaan hari ini dapat direduksi menjadi krisis
kepemimpinan proletariat. Kita harus serukan dengan lantang dan konsisten: Kaum
Buruh, Tegaskan Kemandirian Kelas dan Kepemimpinan Kelasmu! Bangun Partai
Buruh!
Tugas
mendesak yang harus dilakukan PPI terkait pembangunan partai buruhnya menurut
saya :
1.
Segera membuat analisa, kertas posisi, targetan, parameter, dan langkah2 detail
yang harus dikerjakan kader
2. Segera membuat alat propaganda yang masif,kontinyu, dan berkesinambungan. Alat propaganda ini berbentuk koran partai.
3. Menyelenggarakan diskusi tentang partai buruh secara luas di internal dan eksternal organisasi (serikat buruh kuning, di luar SPKAJ dan FPBI, organisasi rakyat lainnya, dan massa rakyat lainnya)
4. Memupuk semangat dan mental baja serta kedisiplinan dan kepeloporan kader
2. Segera membuat alat propaganda yang masif,kontinyu, dan berkesinambungan. Alat propaganda ini berbentuk koran partai.
3. Menyelenggarakan diskusi tentang partai buruh secara luas di internal dan eksternal organisasi (serikat buruh kuning, di luar SPKAJ dan FPBI, organisasi rakyat lainnya, dan massa rakyat lainnya)
4. Memupuk semangat dan mental baja serta kedisiplinan dan kepeloporan kader
sekian.
Salam pembebasan !